BPS Nyatakan Angka Kemiskinan
di Jakarta Naik, Ahok: Saya Tak Setuju
Jakarta - Badan Pusat
Statistik (BPS) mensurvei angka kemiskinan di Jakarta meningkat. Namun Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak setuju metode yang digunakan oleh
BPS.
"Jadi cara BPS survei itu yang saya katakan, saya tidak setuju konsep survei BPS seperti itu," kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (19/7/2015).
Dalam situs resmi BPS, disebutkan penduduk miskin DKI Jakarta pada bulan Maret 2016 sebesar 384.30 ribu orang alias 3,75 persen. Jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 15,63 ribu atau meningkat 0,14 persen dibanding September 2015 yang tercatat ada 368,67 ribu orang alias 3,61 persen.
"Kemiskinan bertambah ini BPS caranya bukan bertanya ke yang ber-KTP DKI, melainkan semua orang yang ditetemui di DKI, di tempat kumuh harus dihitung," kata Ahok.
Seharusnya, survei hanya dikenakan pada orang yang ber-KTP DKI saja. Padahal arus urbanisasi terus ada.
"Nah sekarang semua orang juga suka dong tinggal di Jakarta. Naik bus murah, kesehatan ditanggung, nah itu juga masalah. Kita juga enggak bisa menahan orang pindah (ke Jakarta)," kata Ahok.
Namun demikian secara umum, Ahok mengakui kemiskinan pasti meningkat. Pemprov DKI akan terus melakukan peningkatan pelayanan ke masyarakat.
Pelayanan perumahan, pendidikan, hingga akses transportasi akan terus diusahakan. Subsidi ke sistem transportasi, yakni Publik Service Obligation (PSO), terus meningkat tiap tahun. Untuk 2017, PSO akan dianggarkan sebesar Rp 3,2 triliun. Ada pula subsidi pembelian daging untuk masyarakat pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP).
(dnu/rvk)
ANALISIS :
Menurut
saya yang dikatakan ahok benar. Karena sesuai dengan makna dari ktp itu sendiri
dimana ktp adalah kartu yang menandakan anda adalah salah satu penduduk/ orang
yang bertempat tinggal/ mendiami wilayah tersebut. Jadi apabila kita melakukan survey suatu data di
suatu daerah, maka apabila kita lakukan hanya kepada warga/ penduduk asli
wilayah tersebut, yang sudah pasti bertempat tinggal, dan melakukan kegatan sosial
maupun ekonomi di wilayah tersebut. Sehingga nantinya kita tidak akan
mendapatkan data yang rancu dan terus berubah, karena apabila kita melakukan survey
terhadap setiap orang yang kita temui di suatu daerah akan menghasilkan data
yang rancu dan berubah-ubah dan akan diragukan validitasnya, karena setiap
orang yang kita temui belum tentu warga asli setempat, dan kemungkinan
mayoritas yang kita temui adalah warga wilayah lain yang hanya datang dan pergi
karena ada suatu kepentingan di wilayah tersebut. Sehingga jumlahnya akan terus
berubah dan menurut saya tidak layak untuk disahkan dan dipublikasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar