1. KAMBOJA
Kerajaan Kamboja atau Kamboja
adalah sebuah negara berbentuk monarki konstitusional di Asia Tenggara. Negara
ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh
Semenanjung Indochina antara abad ke-11 dan 14. Nama resmi negara ini dalam
bahasa Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa Inggris: Kingdom of Cambodia),
merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preăh Réachéanachâk Kâmpŭchéa.
Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: កម្ពុជា).
Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Kambuja.
Kamboja merupakan negara yang
berpenduduk nomor dua terkecil di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar
10 juta jiwa. Mayoritas negara-negara lainnya di Asia Tenggara memiliki jumlah
penduduk yang jauh lebih banyak daripada Kamboja, seperti : Indonesia dengan
210 juta jiwa, Vietnam dengan 80 juta jiwa, Philipina dengan 73 juta jiwa,
Thailand dengan 64 juta jiwa, Myanmar 50 juta jiwa dan Malaysia 19.9 juta jiwa.
Hanya Laos yang memiliki jumlah penduduk yang kecil dengan hanya 5.5 juta jiwa.
Dengan perbandingan, Singapura memiliki jumlah penduduk sekitar 3.4 juta
jiwa.Pada tahun 1975,
Selama empat tahun masa kekuasaan
dari Khmer merah, jumlah penduduk menurun drastis menjadi hanya 6 juta jiwa,
banyak dari mereka yang di bunuh oleh khmer merah tetapi ada juga yang
kelaparan dan ada pula yang bermigrasi dalam jumlah yang cukup besar, terutama
orang-orang dari etnik Vietnam.Kelompok penduduk yang dominan di Kamboja adalah
dari etnik Khmer, sekitar 85 % dari jumlah keseluruhan penduduk kamboja.
Sisanya adalah orang dari etnik Vietnam, lalu diikuti oleh orang-orang dari
etnik Cina, dan sekitar 100.000 muslim Cham, serta yang terakhir adalah
beberapa dari suku primitif.
Agama Buddha Theravada adalah
agama resmi di Kamboja, dengan jumlah pemeluk sekitar 95% dari total penduduk.
Terdapat 4.392 wihara di kamboja .Agama terbesar kedua adalah Islam yang
merupakan etnis Chams dan Melayu. Mereka kebanyakan tinggal di Provinsi Kampong
Cham. Terdapat 300.000 warga Muslim di negara ini. Satu persen penduduk Kamboja
memeluk agama Kristen, dengan yang terbesar adalah Kristen Katolik diikuti
dengan Kristen Protestan. Terdapat sekitar 20.000 penduduk beragama Katolik di
Kamboja dan merupakan 0,15% dari seluruh penduduk Kamboja. Agama Buddha
Mahayana adalah agama yang mayoritar dipeluk oleh warga Tionghoa dan orang
Vietnam di Kamboja.
Angka harapan hidup adalah 60
tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan pada tahun 2010. Ini
meningkat dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8 tahun untuk laki-laki
dan 46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan Kamboja berencana untuk
meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan menanggulangi HIV/AIDS,
malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah
5,8%.
Budaya di Kamboja sangatlah
dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan dibangunnya Angkor
Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain, seperti, Festival Bonn
OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang diadakan setiap November.
Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian Kamboja dibagi menjadi tiga
kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan tarian sosial.
ANALISIS
:
Kehidupan masyarakat di Kamboja saat
ini dirasa sudah cukup baik, bisa dibilang seperti itu karena jarangnya / tidak
pernahnya kita mendengar berita2 internasional yg buruk tentang kamboja. Dan jika
kita perhatikan angka harapan hidup sepertinya sudah cukup, namun jika
dibandingkan dengan angka harapan hidup negara2 lain sepertinya masih kurang. Untuk
meningkatkan angka harapan hidup saya rasa mereka harus meningkatkan terlebih
dahulu persentase anggaran untuk kesehatan.
Seperi yang kita tahu, agama
mayoritas di Kamboja adalah agama Buddha. Selain itu terdapat juga pemeluk
agama2 lain disana seperti Islam, Kristen dan Hindu. Namun biarpun Buddha adalah
agama mayoritas disana, jarang terdengar isu2 diskriminasi dan rasisme disana. Sehingga
kita dapat beranggapan bahwa toleransi beragama disana cukup baik. Dan dapat
disimpulkan bahwa integrasi social/ keserasian social dinegara ini sangat baik
karena dengan banyaknya perbedaan di masyarakat tetapi mereka tetap hidup
rukun.
2. BHUTAN
Bhutan adalah sebuah negara kecil
di Asia Selatan yang berbentuk Kerajaan dan dikenal dengan Negeri Naga Guntur.
Wilayahnya terhimpit antara India dan Republik Rakyat Tiongkok. Nama lokal
negara ini adalah Druk Yul, artinya "Negara Naga". Gambar naga pun
didapati di benderanya dan lambang negaranya.
Pemerintahan yang dijalankan
dengan kekuasaan monarki absolut berakhir ketika konstitusi baru dan pemilihan
perdana menteri dilaksanakan. Raja Jigme Singye Wangchuck yang memimpin sejak
tahun 1972 mengumumkan menggelar pemilu tahun 2008, sekaligus turun tahta.
Pengumuman disampaikan di hadapan 8.000 penggembala hewan yak, biksu, petani,
dan siswa pedesaan pada 18 Desember 2005. Pengumuman disebarkan melalui harian
Kuensel. Sebelumnya, raja memperkenalkan rancangan konstitusi dan menyatakan
pensiun pada usia 65 tahun. Atas ide ini, sebagian rakyat tidak sependapat
karena khawatir terjadinya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), namun
pada tahun 2006 sang raja mengundurkan diri dan digantikan oleh puterandanya.
Penduduk Bhutan, pernah
diperkirakan beberapa juta, telah dikurangi oleh pemerintah Bhutan hingga
750,000, setelah sebuah sensus di awal 1990-an. Sebuah sesnsus lanjutan yang
dilakukan pada Juni 2005 mengurangi jumlah penduduk lebih lanjut dari 672.425
[3]. Pemerintah belum pernah meluncurkan rincian demografis jumlah penduduk
kini. Kebanyakan orang percaya bahwa penduduknya sengaja terbumbung pada
1990-an karena persepsi lebih awal bahwa bangsa dengan berpenduduk kurang dari
sejuta takkan diakui oleh PBB. Karena itu jumlah penduduk PBB lebih tinggi
daripada jumlah yang disediakan oleh pemerintah. CIA World Factbook memberikan
jumlah penduduk 2.279.723 (dari Juli 2006) yang juga mencatat bahwa beberapa
perkiraan kurang dari 810.000.
Kepadatan penduduk, 45 km persegi
(117/mil. persegi), membuat Bhutan negeri paling jarang pendudunya di Asia.
Sekitar 20% penduduknya tinggal di wilayah perkotaan yang terdiri atas
kota-kota kecil sepanjang lembah tengah dan perbatasan selatan. Persentase ini
berkembang pesat karena langkah untuk migrasi perkotaan telah diambil. Kota
terbesar ialah Thimphu, ibukota, yang berpenduduk 50.000. Daerah perkotaan lain
berpenduduk padat adalah Paro dan Phuentsholing.
Di antara orang Bhurtan, beberapa
kelompok etnis penting diistimewakan. Kelompok dominan adalah Ngalop,
sekelompok penganut Buddha yang tinggal di bagian barat negeri ini. Budaya
mereka berkaitan erat dengan budaya Tibet. Begitupun Sharchop ("Orang
Timur"), yang dikaitkan dengan bagian timur Bhutan (namun secara
tradisional mengikuti Nyingmapa daripada bentuk Drukpa Kagyu yang resmi dari
Agama Buddha Tibet). Kedua kelompok itu disebut orang Bhutan. 15% sisanya adalh
etnis Nepal, sebagian besar Hindu.
Bahasa nasional adalah Dzongkha,
salah satu dari 53 bahasa dalam keluarga bahasa Tibet. Tulisannya, disebut
Chhokey ("Bahasa Dharma"), identik dengan tulisan Tibet. Pemerintah
mengelompokkan 19 bahasa-bahasa terkait di sana sebagai dialek bahasa Dzongkha.
Lepcha diucapkan di barat Bhutan; Tshangla, kerabat dekat Dzongkha, diucapkan
meluas di bagian timur. Khengkha diucapkan di tengah Bhutan. bahasa Nepal
diucapkan meluas di selatan. Di sekolah bahasa Inggris ialah media instruksi
dan Dzongkha diajarkan sebagai bahasa resmi. Ethnologue mendaftarkan 24 bahasa
yang kini diucapkan di Bhutan, semuanya dari keluarga Tibet-Burma, kecuali
Nepal, sebuah bahasa Indo-Arya. Bahasa-bahasa di Bhutan tetap tak terciri
dengan baik, dan beberapa buah belum tercatat dalam tatabahasa akademis. Bahasa
Inggris juga punya kedudukan resmi kini.
Tingkat melek huruf hanya 42,2%
(56,2% pria dan 28,1% wanita). Orang berusia 14 dan yang lebih muda menyusun
39,1%, sedangkan orang berusia 15 dan 59 menyusun 56,9%, dan yang di atas 60
hanya 4%. Negeri ini memiliki usia rata-rata 20,4 tahun. Bhutan memiliki
harapan hidup 62,2 tahun (61 untuk pria dan wanita 64,5) menurut data terakhir
dari Bank Dunia. Ada 1.070 pria dari setiap 1.000 wanita di negeri ini.
ANALISIS
:
Integrasi sosial / keserasian masyarakat
di Bhuta bisa dibilang kurang baik. Karena dengan terdapatnya beberapa etnis,
ras, dan agama. Terdapat beberapa etnis yang mendominasi Negara tersebut yang
mungkin kelak akan mengakibatkan isu rasisme dan diskriminasi pada kehidupan
sosial di Negara tersebut. Dan untuk kehidupan warganya apabila kita lihat
tingkat melek huruf sangatlah rendah yang mungkin terjadi karena belum
meratanya pendidikan / belum adanya kampanye pentingnya pendidikan di Negara tersebut.
Serta untuk angka harapan hidup Bhutan sudah memiliki data yang cukup baik jika
dibandingkan dengan kamboja.
3. INDIA
Republik
India (bahasa Hindi: भारत गणराज्य;
Bhārat Gaṇarājya) adalah sebuah negara di Asia yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu miliar jiwa, dan
adalah negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Jumlah
penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. Ekonomi India adalah
terbesar keempat di dunia dalam PDB, diukur dari segi paritas daya beli (PPP),
dan salah satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. India, negara dengan
sistem demokrasi liberal terbesar di dunia, juga telah muncul sebagai kekuatan
regional yang penting, memiliki kekuatan militer terbesar, dan memiliki
kemampuan senjata nuklir.
Terletak di Asia Selatan dengan
garis pantai sepanjang 7.000 km, dan bagian dari anak benua India, India
merupakan bagian dari rute perdagangan penting, dan bersejarah. Dia membagi
perbatasan dengan Pakistan, Republik Rakyat Tiongkok, Myanmar. Bangladesh,
Nepal, Bhutan, dan Afganistan. Sri Lanka, Maladewa, dan Indonesia adalah negara
kepulauan yang bersebelahan.
India adalah letak dari peradaban
kuno seperti Peradaban Lembah Sungai Indus dan merupakan tempat kelahiran dari
empat agama utama dunia: Hindu, Buddha, Jainisme, dan Sikhisme. Negara ini
merupakan bagian dari Britania Raya sebelum meraih kemerdekaan pada 1947.
Kebudayaan India penuh dengan
sinkretisme[4], dan pluralisme budaya.[5] Kebudayaan ini terus menyerap adat
istiadat, tradisi, dan pemikiran dari penjajah, dan imigran sambil terus
mempertahankan tradisi yang sudah mapan, dan menyebarluaskan budaya India ke
tempat-tempat lain di Asia.
Kebudayaan tradisional India
memiliki hierarki sosial yang relatif ketat. Sejak usia dini, anak-anak diajari
tentang peran, dan kedudukan mereka dalam masyarakat.[6] Tradisi ini diperkuat
dengan kepercayaan kepada dewa-dewa, dan roh yang dianggap berperan penting,
dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka.[6] Dalam sistem kasta di India
ditetapkan stratifikasi sosial, dan pembatasan dalam kehidupan sosial di anak
benua India. Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok herediter yang
mempraktikkan endogami, yang umum disebut jāti atau kasta.
Orang India sangat menghargai
nilai-nilai kekeluargaan tradisional. Walaupun demikian, rumah-rumah di
perkotaan sekarang lebih sering hanya didiami oleh keluarga inti. Hal ini
disebabkan keterbatasan ekonomi, dan sosial untuk hidup bersama dalam sebuah
keluarga besar. Di kawasan pedesaan masih umum dijumpai anggota keluarga dari
tiga hingga empat generasi yang tinggal di bawah satu atap.[6] Masalah-masalah
yang timbul dalam keluarga sering diselesaikan secara patriarkisme.[6]
Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tua mereka
atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuan pengantin pria,
dan pengantin wanita.[7] Pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup,[7],
dan angka perceraian sangat rendah.[8] Walaupun demikian, pernikahan dini masih
merupakan tradisi yang umum.[9] Separuh dari populasi wanita India menikah
sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usia dewasa menurut hukum.
Mayoritas penduduk di India
beragama Hindu 80.46%, Islam 13.49%, Kristen 2.34%, Sikh 1.87%, dan sisanya
Buddha 0.71%, Jain 0.41%, dan Yahudi. Sebagian besar hari libur di India
merupakan hari raya keagamaan. Walaupun demikian, di India juga terdapat hari
raya sekuler yang dirayakan tanpa memandang kasta, dan kepercayaan. Hari raya
yang dikenal di seluruh India, misalnya Diwali, Ganesh Chaturthi, Ugadi, Thai
Pongal, Holi, Onam, Vijayadasami, Durga Puja, Idul Fitri, Bakr-Id, Natal,
Buddha Jayanti, dan Vaisakhi.[13] India memiliki tiga hari nasional. Selain
itu, India memiliki hari raya lainnya. Jumlah hari libur resmi antara 9 hingga
12 hari bergantung kepada masing-masing negara bagian. Kehidupan beragama
merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, dan bukan urusan
pribadi.
ANALISIS
:
Integrasi sosial di Negara ini
kurang baik. Karena seperti yang kita lihat pada artikel, di india terdapat
kasta2 pada kehidupan bermasyarakatnya, sehingga akan sangat terlihat jelas
kesenjangan2 yang terjadi pada kehidupan sosialnya, dan akan membatasi hak2
kasta tertentu sebagai manusia yang sama2 berperan sebagai penduduk di Negara tersebut
yang nantinya akan memicu konflik antara penduduk disana. Dan untuk masalah
keagamaan, disana terdapat beberapa agama yang dipeluk penduduknya seperti yang
kita tahu. Dan mayoritasnya adalah pemeluk agama hindu. Namun meskipun
mayoritasnya adalah Hindu, kita jarang mendengar isu2 diskriminasi maupun
rasisme tentang agama di India yang akan membuat kita beranggapan bahwa
toleransi dalam beragama disana cukup baik.
4. SINGAPURA
Singapura (nama resmi: Republik
Singapura) adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung
Malaya, 137 kilometer (85 mi) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara
ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau,
Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan
terdepan keempat di dunia[4] dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan
peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura
adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.
Jumlah penduduk Singapura
memiliki persentase warga asing tertinggi keenam di dunia. Sekitar 42% penduduk
Singapura adalah warga asing dan mereka membentuk 50% sektor jasa di negara
itu.[7][8] Kebanyakan berasal dari Cina, Malaysia, Filipina, Amerika Utara,
TImur Tengah, Eropa, Australia, Bangladesh dan India. Negara ini merupakan yang
terpadat kedua di dunia setelah Monako.[9] Menurut statistik pemerintah, jumlah
penduduk Singapura pada 2009 sebanyak 4,99 juta jiwa, 3,73 juta jiwa di
antaranya merupakan warga negara dan penduduk tetap Singapura (disebut
"Singapore Residents"). Jumlah warga negara pada tahun 2009 adalah
3,2 juta jiwa.[81] Berbagai kelompok bahasa Cina membentuk 74,2% dari penduduk
Singapura, Melayu 13,4%, India 9,2%, sementara Eurasia, Arab dan kelompok lain
membentuk 3,2% dari populasi Singapura.
Pada 2008, tingkat kelahiran
total hanya 1,28 anak setiap wanita, terendah ketiga di dunia dan di bawah
batas 2,1 yang dibutuhkan untuk mengganti populasi pada masa depan.[81][82]
Tahun 2008, 39.826 bayi lahir, dibandingkan dengan 37.600 bayi pada 2005.
Jumlah ini belum cukup untuk mempertahankan pertumbuhan penduduk. Untuk
mengatasi masalah ini, pemerintah mendorong warga asing untuk pindah ke
Singapura. Jumlah besar imigran ini telah mencegah populasi Singapura
berkurang.[83]
Menurut statistik terbaru tahun
2010, tingkat kelahiran total penduduk Singapura mencapai tingkat 1,22 pada
2009. Tingkat kelahiran total penduduk Cina Singapura adalah 1,08, diikuti
India 1,14 dan Melayu 1,82. Ringkat kelahiran Melayu Singapura ~70% lebih
tinggi dari Cina dan India Singapura.[84]
Buddha 33% ,Kristen 18% ,Tanpa agama 17% ,Islam 15% ,Taoisme 11%
,Hindu 5.1% ,Lainnya 0.9%
Buddha adalah agama yang
mendominasi Singapura, dengan 33% [85] dari penduduk negara ini menyatakan diri
sebagai penganut agama tersebut pada sensus terakhir. Vihara dan pusat Dharma
dari tiga tradisi besar Buddha (Theravada, Mahayana dan Vajrayana) dapat ditemukan
di Singapura. Kebanyakan penganut Buddha di Singapura beretnis Tionghoa dan
menganut tradisi Mahayana.[86]
Mahayana Cina merupakan bentuk
Buddha yang paling dominan di Singapura dengan misionaris dari Taiwan dan Cina
selama beberapa dasawarsa. Tetapi, Buddha Theravada Thailand mulai populer di
antara masyarakat (tidak termasuk Cina) dalam dasawarsa terakhir. Soka Gakkai
International, sebuah organisasi Buddha Jepang, dipraktikkan oleh banyak orang
di Singapura, kebanyakan di antaranya keturunan Cina. Buddha Tibet juga
perlahan-lahan masuk ke negara ini dalam beberapa tahun terakhir.[87]
Gedung Administratif Universitas
Teknologi Nanyang, satu dari lima universitas negeri di Singapura
Bahasa Inggris adalah bahasa
pengajar di seluruh sekolah di Singapura.
Siswa masuk sekolah dasar pada
usia 7 tahun dan melanjutkan pendidikan selama enam tahun, pada akhir masa
pendidikan mereka menjalani Primary School Leaving Examination (PSLE). Ada
empat pelajaran di sekolah dasar, yaitu bahasa Inggris, matematika, sains, dan
bahasa ibu. Semua pelajaran diajarkan dan diujikan dalam bahasa Inggris kecuali
"bahasa ibu" yang diajarkan dan diujikan dalam bahasa Melayu,
Mandarin (Cina) atau Tamil. Sementara "bahasa ibu" merujuk pada
bahasa utama secara internasional, dalam sistem pendidikan Singapura sebutan
ini digunakan untuk merujuk pada bahasa kedua atau tambahan karena bahasa
Inggris adalah bahasa utama. Sekolah dasar negeri tidak membebankan biaya
sekolah, tetapi bisa saja muncul biaya tak terduga.[88]
Setelah sekolah dasar, siswa
masuk ke sekolah menengah selama empat hingga lima tahun. Ada banyak pelajaran
yang ditawarkan di sekolah menengah, termasuk bahasa Inggris, bahasa ibu,
geografi, sejarah, matematika dasar, matematika tingkat atas, kimia, fisika,
biologi, bahasa Perancis dan bahasa Jepang.
Siswa rata-rata mempelajari tujuh
sampai delapan pelajaran, tetapi sudah umum bagi siswa untuk mengambil lebih
dari delapan pelajaran. Pada akhir sekolah menengah, siswa menjalani ujian
Singapore-Cambridge GCE 'O' Level dan hasilnya menentukan jenis jalur
pendidikan pasca-menengah yang akan mereka teruskan.[89] Biaya sekolah di
kebanyakan sekolah menengah negeri dibulatkan sampai 5 SGD setelah disubsidi
pemerintah.[90] Tetapi, ada sekolah-sekolah menengah swasta yang membebankan
ratusan dolar untuk biaya sekolah setiap bulannya.
Tidak semua siswa masuk ke
sekolah menengah. Banyak di antaranya yang meneruskan pendidikan ke institut
pendidikan vokasi seperti Institute of Technical Education (ITE), tempat mereka
lulus dengan sertifikat vokasi. Siswa lainnya meneruskan pendidikan ke Singapore
Sports School atau sekolah dengan program terintegrasi sehingga mereka dapat
melompati ujian Singapore-Cambridge GCE 'O' Level secara bersamaan.
Setelah ujian tingkat O pada usia
sekitar 16 tahun, siswa secara normal masuk ke sebuah Junior College,
Centralised Institute atau Polytechnic. Program di Junior College dan
Centralised Institute mengarah pada ujian tingkat GCE A setelah dua atau tiga
tahun.
Ada lima politeknik di Singapura,
yaitu Singapore Polytechnic, Ngee Ann Polytechnic, Temasek Polytechnic, Nanyang
Polytechnic dan Republic Polytechnic. Tidak seperti institusi di negara lain,
politeknik di Singapura tidak memberi gelar. Mahasiswa politeknik lulus dengan
diploma pada akhir tiga tahun kuliah.
Ada lima universitas negeri di
Singapura - National University of Singapore, Nanyang Technological University,
Singapore Management University, Singapore University of Technology and Design
dan Singapore Institute of Technology. Pemerintah telah membangun lebih banyak
universitas negeri dalam beberapa dasawarsa terakhir dengan harapan dapat
menyediakan pendidikan tinggi untuk 30% dari setiap kelompok.[91][92] Mata
kuliah di politeknik dan universitas diajarkan dalam bahasa Inggris.
Banyak universitas asing yang
memiliki kampus di Singapura, yaitu INSEAD, Chicago Business School, New York
University, University of Las Vegas, Technische Universität München, ESSEC dan
lainnya.
ANALISIS
:
(sumber materi : wikipedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar